LGBT, NEGARA BERKEMBANG DAN PERTUMBUHAN PENDUDUK
Syamsul Nani
Baru-baru
ini masyarakat dihebohkan dengan berita media dimana negara yang di juluki
sebagai Negara “Super Power” (Amerika Serikat) memproklamirkan legalitas
perkawinan sesama jenis (Same-Sex Marriage).
Tidak hanya itu, bahkan seluruh Dunia
dibuat gempar dan menjadi obrolan opini-opini terkini diberbagai kalangan
aktivis maupun akademis. Tepatnya tanggal 26 Juni 2015, disahkannya oleh
Mahkamah Agung Amerika Serikat (AS) tentang perkawinan sejenis ini merupakan
hari bersejarah bagi kaum LGBT (lesbian,
gay, biseksual dan transgender). Tidak hanya itu, keputusan ini sangat
mempengaruhi banyak Negara untuk ikut membuat putusan yang serupa.
Mengapa
kali ini Dunia di buat gempar setelah Amerika Serikat mengsahkan perkawinan
sejenis? Kenapa Negara-Nagara sebelumnya yang melegalkan perkawinan sejenis ini
tidak membuat Dunia gempar, seperti Belanda, Spanyol, Kanada, Afrika Selatan,
Norwegia, Swedia, Portugal, dll? Pada hal Amerika Serikat merupakan Negara ke
22 dari 204 Negara yang diakui secara de
facto oleh PBB yang melegalkan pernikah sejenis. Mengapa kebanyakan
Negara-Negara Maju yang banyak melegalkan pernikahan sejenis? Apakah hal ini
terkait dengan ketergantungan negara Maju terhadap Negara berkembang?apakah
terkait dengan pertumbuhan penduduk di Negara berkembang? Atau Apakah memang
ada Misi terselubung dibalik itu semua?
Pasca
disahkannya keputusan oleh Mahkamah Agung AS tentang perkawinan sejenis dan
tereksposnya di media Dunia, maka para komunitas/organisasi yang mengatas
namakan LGBT meminta agar mereka juga diakui dan mendapat posisi yang layak
ditengah-tengah masyarakat sebagaimana Negara-negara lain yang mengakuinya. Terlepas
dari pandangan Agama yang sangat melarang keras perilaku bahkan tumbuh
kembangnya LGBT di Dunia dan Negara-Negara muslim. Kemudian secara psikologi
menekankan pada aspek pencegahan dan pengendalian berkembangnya dan
terbentuknya perilaku LGBT di Masyarakat. Akan tetapi penulis mencoba keluar
dari kajian tersebut dan menafsirkan LGBT dari sudut pandang ekonomi dan
demografi.
Legalitas
Perkawinan sesama jenis atau dikenal dengan LGBT merupakan sebuah warning terhadap Negara berkembang,
terkhusus Indonesia. Secara, bahwa negara berkembang seperti Indonesia
misalnya, masih terbebani dengan permasalahan laju pertumbuhan penduduk yang terus
meningkat. Berbagai program pemerintah serta bantuan-bantuan organisasi Dunia
dalam mengatasi laju pertumbuhan penduduk belum mampu menjadi solusi ampuh
dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk, seperti program Keluarga
Berencana (KB), keluarga sejahter (KS), penggunaan alat kontrasepsi,
pengendalian pernikahan dini dalam mencegah angka fertilitas, dll.
Misi Terselubung
Sebagai
Negara Super Power, AS memiliki pengaruh yang sangat dasyat terhadap Negara
yang ada di belahan Dunia jika di bandingkan dengan Negara maju lainnya,
pengaruhnya tidak hanya dari tatanan ekonomi akan tetapi juga pada tatanan
sosial budaya. Kekhwatiran Negara maju saat ini (AS) yaitu meningkatnya laju
pertumbuhan penduduk di Negara Berkembang di Dunia yang mayoritas pengekspor
komoditi pangan (Indonesia) untuk kebutuhan konsumsi di Negara Maju.
Selanjutnya, meningkatnya laju pertumbuhan penduduk di Negara berkembang
menjadikan tingkat konsumsi komoditi pangan jauh lebih meningkat, sehingga
membatasi ekspor komoditi yang berdampak terhadap pemenuhan kebutuhan mendasar
(sandang dan papan) di Negara Maju. Untuk tetap menjaga keberlangsungan hidup
masyarakat Negara maju, maka terciptalah “misi terselubung” dalam mengendalikan
laju pertumbuhan penduduk di Negara Berkembang, yaitu mendemostrasikan
legalitas perkawinan sejenis (LGBT). Dengan adanya pengakuan Negara kuat ini
(AS) terhadap legalitas perkawinan sejenis, maka komunitas LGBT mulai
mengadakan perlawanan untuk menuntut pengakuan di negaranya, khususnya di
Negara berkembang dan nantinya akan diakui karena campur tangan AS. Inilah yang
akan menjadi kontrol dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk di Negara
Berkembang (Indonesai). Angka kelahiran (fertilitas) mulai terkendali dengan
maraknya perkawinan sejenis, meningkatnya transgender, dll. Selain itu, setiap
keluarga yang memiliki banyak anak kemudian dapat diadopsi oleh LGBT dan itu
terus berlanjut dan akhirnya pertumbuhan penduduk mulai stabil dan
menguntungkan kembali Negara Maju (AS).
Bayangkan
kegilaan dari Misi ini yang menjerumuskan terhadap kehancuran Negara. Jika hal
ini terus berkembang bisa jadi kaum heteroseksual akan punah (sebagaimana
punahnya Dinasourus) dan digantikan dengan kaum-kaum Homoseksual. Tidak adalagi
yang melahirkan, tidak adalagi hubungan seksualitas lawan jenis. Yang ada hanya
bentuk keberutalan yang bersifat
kehewanian.
Pengendalian Laju Pertumbuhan Penduduk
Sejak
pasca kemerdekaan hingga saat ini, pemerintah selalu berupaya dalam mengatasi
peningkatan laju pertumbuhan penduduk. Berbagai program pemerintah seperti, KB,
Kontrasepsi, education sex, dan penanganan angka kelahiran lain sebagai upaya
pengendalian. Akan tetapi, hal ini belum cukup kuat dalam menurunkan angka
tersebut. Jauh sebelum Indonesia, Negara Cina saat itu sangat khawatir dengan
laju pertumbuhan penduduk di Negaranya, oleh karena itu Cina menerapkan program
keluarga berencana (KB) bahkan lebih ekstrim
dimana program KB tersebut mengaharuskan pasangan suami istri hanya boleh
memiliki satu anak. Jika pasangan suami istri ingin menambah anaknya, maka dia
harus mengurus ijin pada pemerintah dan membayar biaya (denda). Terdapat
alternatif lain sebagai upaya dalam mengendalikan laju pertumbuhan penduduk. Pertama, memberikan ruang kepada kaum
perempuan dalam menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Dengan memberikan ruang
kepada perempuan dalam pendidikan, maka dapat menurunkan angka kelahiran (fertilitas) melalui pencegahan
pernikahan dini. Selain itu, perempuan yang terididik, mampu melahirkan
generasi “emas”. Kedua, memberikan
ruang kepada perempuan di Dunia kerja. Banyak Negara berkembang, seperti
Indonesia, kaum perempuan selalu termaginalkan, khsusunya di Dunia Kerja.
Perempuan sangat minim di libatkan dalam Dunia kerja, sehingga perempuan
memiliki waktu yang banyak tinggal di rumah untuk mengurus anak dan
“memproduksi” anak. Sehingga hal ini menjadikan pemicu meningkatnya angka
fertilitas. Maka dari itu, kesempatan untuk bekerja dan pendidikan untuk kaum
perempuan sebagai upaya dalam mengontrol pertumbuhan penduduk.
2 comments
jual viagra
Balaspil biru
obat kuat viagra
viagra aslia
obat kuat jakart
viagra asli
obat kuat viagra
toko viagra jakarta
kios viagra bandung
jual viagra depok
penjual viagra tangerang
viagra bekasi
viagra karawang
viagra purwakarta
EDENPOKER sedang membagikan JACKPOT besar - besaran nihh , Bagi kalian yang ingin JACKPOT nya mari bergabung bersama kami sekarang juga... BONUS NEW MEMBER 10.000 + 5% BONUS LAGIIIII!
BalasAyo Join Bersama EDENPOKER
- Bonus New Member 10.000 + BONUS 5% LAGI!
- Bonus Refferal 10% (Seumur Hidup)
- Bonus Rollingan 0.3% - 0.5%
REAL PLAYER VS PLAYER !!!
Salam Hoky Dari EDENPOKER. BIZ