Selamat Datang Di Blog Pustaka Mallawa
Terima kasih atas kunjungan Anda di blog Pustaka Mallawa,
semoga apa yang saya share di sini bisa bermanfaat dan memberikan motivasi pada kita semua
untuk terus berkarya dan berbuat sesuatu yang bisa berguna untuk orang banyak.

Akhir Kesudahan

Bid'ah itu secara bahasa adalah :"Mengadakan sesuatu yang belum ada dari sebelumnya, baik itu urusan agama ataupun duniawi". Secara Syar'i adalah :"Mengadakan sesuatu yang menyalahi aturan agama, baik sesuatu itu tak sesuai dengan AlQuran, hadits, ataupun sikap para khulafaurrasyidiin al muhtadiin".
Lantas bagaimana dengan pembukuan Al-Qur'an, ini hakikatnya sudah disuruh oleh Rasulullah, kepada abu Saah (Rasulullah pernah menyuruh untuk menuliskan Al-Qur'an)
Dan hakikatnya, yang dinamakan Al Kitab, adalah sesuatu yang sudah terkumpul, sementara dahulu Al Qur'an dimasa Rasulullah belum mengumpulkan semua ayat-ayat Al-Qur'an dalam satu kitab (buku). Maka oleh para sahabat justru dengan pengumpulan Al-Qur'an beliau-beliau itu merealisasikan isyarat dalam Al-Qur'an dalam surahNya :"Dzaalikal kitaabulaa raibafiihi"(Itulah kitab yang dimana tidak ada keraguan lagi padanya).

Secara bahasa, yang dinamakan kitab adalah kumpulan dari lembaran-lembaran yang ditulis. Apakah zaman Rasulullah, sudah ada Al-Qur'an terkumpul seperti sekarang ini? Tentu belum ada. Itu sebabnya perbuatan sahabat mengumpulkan Al-Qur'an bukanlah masuk kepada bid'ah, tetapi merupakan AlMashalih Al Mursalah, jalan untuk mencapai/merealisasikan dari isyarat ayat dalam AlQuran yang mana didalam AlQuran disebutkan :"Al Kitab".
Di sisi lain, pembukuan Al-Qur'an dilakukan pada zaman khulafaur rasyidin. Dan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan kita untuk mengikuti khulafaur rasyidin.
Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata, “Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata...,hendaklah kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini hasan shahih”)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ
Artinya : Maka wajib atasmu memegang sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin (HR Imam Abu Daud, hal 201 dan HR Imam Tirmidzi).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إِقْتَدُوَابِ الَّلذَيْنِ مِنْ بَعْدِى أَبِى بَكْرٍوَعُمَرَ
Artinya : Ikutilah dua orang sesudah aku wafat yaitu Abu Bakar dan Umar.(HR Imam Tirmidzi dalam Sahih Tirmidzi XIII, hal 129)
Dahulu pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam, ayat Qur’an ditulis di atas pelepah tamar, tembikar, batu putih dan lain-lain, disamping juga dihafal oleh sahabat. Kemudian pada zaman Khalifah Abu Bakar dimulai membukukannya dalam sebuah kitab.
Terakhir, ketika Rasulullah SAW masih hidup, sewaktu-waktu wahyu turun kepada beliau, sehingga kalau saja dibukukan pada saat beliau hidup, maka isi mushaf Al-Qur'an yang satu dengan yang lain akan berlainan. Yang terakhir dibukukan tentu saja lebih lengkap surat-surat dan ayatnya dibanding yang pertama. Wallahu a'lam.

2012/2/23 Firdaus <firdaus@yutaka.co.id>
  Wahai Saudaraku
mari sama-sama kita bersatu karena musuh islam diluar islam banyak yg mengacak-acak kerukunan persaudaraan islam, jadi jgn terlalu membahas masalah Bid'ah dan dibesar2kan sehingga memecah pandangan saudara kita semua
coba saudara renungkan kalo Kullun bid'atun dolalah kalo setiap yg baru itu sesat coba direnungkan kita ini semua baru Al Qur'an yg dibuku jg Baru krn dijaman Rosululloh SAW tidak dibukukan
coba dipikirkan itu saja dulu krn msh banyak lagi yg anda harus pikirkan
jadi sudahlah mari kokohkan persatuan umat
jgn mengartikan hadits2 secara mutlak ente belum nyampe pengertiannya
wallahu a'lam bishowab
wasalam

Best Regard,

Ferry Firdaus
PT. Yutaka Mfg
MM2100 Kawasan Industri
Jl. Sulawesi 1 Blok H4
Cikarang Barat 17520

________________________________

From: Tauziyah@yahoogroups.com on behalf of wirawan
Sent: Rabu 2/22/2012 11:03
To: Tauziyah
Subject: [Tauziyah] AKHIR KESUDAHAN AHLI BID'AH

AKHIR KESUDAHAN AHLI BID'AH

Oleh

Syaikh Muhammad Musa An-Nasr

Abu Musa Al As'ari Radhiyallahu 'anhu memasuki masjid Kufah, lalu didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk halaqah-halaqah (duduk berkeliling). Pada setiap halaqah terdapat seorang Syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu Syaikh tersebut menyuruh mereka (yang duduk di halaqah) : "Bertasbihlah (ucapkan subhanallah) seratus kali!", lalu mereka pun bertasbih (menghitung) dengan kerikil tersebut. Lalu Syaikh itu berkata kepada mereka lagi : "Bertahmidlah (ucapkan alhamdulillah) seratus kali!" dan demikianlah seterusnya ......

Maka Abu Musa Radhiyallahu 'anhu mengingkari hal itu dalam hatinya dan ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas'ud, lalu iapun mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas'ud, dan Abdullah bin mas'ud pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Abu Mas'ud : "Wahai Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya melihat melainkan kebaikan. Lalu Abu Musa menceritakan keadaan halaqah dzikir tersebut.

Maka berkatalah Abu Mas'ud kepada Abu Musa : "Apakah engkau memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka? Dan engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan hilang sedikitpun?!" Abu Musa pun menjawab : " Aku tidak memerintahkan suatu apapun kepada mereka". Berkatalah Abu Mas'ud : "Mari kita pergi menuju mereka".

Lalu Abu Mas'ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas salamnya. Berkatalah Ibnu Mas'ud :"Perbuatan apa yang aku lihat kalian melakukannya ini wahai Umat Muhammad?" mereka menjawab : "Wahai Abu Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih, tahmid, dan tahlil, dan takbir". Maka berkatalah Abu Mas'ud : "Alangkah cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, (padahal) para sahabat masih banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? ataukah kalian telah membuka pintu kesesatan? Mereka pun menjawab : "Wahai Abu Abdurrahman, demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan". Abu Mas'ud pun berkata :

"Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya".

Berkata Amru bin Salamah : "Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang "An Nahrawan" bersama kaum Khawarij". (Riwayat Darimi dengan sanad shahih)

Aku (Syaikh Musa Nasr) berkata : "Firasat Ibnu Mas'ud terhadap mereka (yaitu ahli bid'ah yang mengadakan halaqah dzikir) benar, dimana ahli bid'ah itu bergabung bersama kaum khawarij disebabkan "terus menerusnya" mereka dalam kebid'ahan. Dan inilah akhir kesudahan seseorang yang "terus menerus" dalam kebid'ahannya, serta menyelisihi para sahabat nabi.

Akan tetapi mungkin seseorang di zaman kita berkata : "Apakah yang diingkari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu? Apakah berdzikir kepada Allah itu bid'ah?!! Kita katakan : "Maha suci Allah, jika dikatakan dzikir kepada-Nya adalah bid'ah, khususnya jika dzikir itu adalah dzikir yang disyariatkan, tetapi yang bid'ah hanyalah cara (berdzikir) dimana mereka berkumpul padanya, serta cara yang mereka lakukan dalam berdzikir kepada Allah, dimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para sahanbat beliau tidak pernah mengamalkannya. Dan khawarij yang dicela oleh Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda tentang mereka :

"Jika aku menjumpai mereka, niscaya benar-benar akan aku bunuh mereka sebagaimana pembunuhan terhadap kaum Ad" [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]

Sesungguhnya hanyalah Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam mengancam mereka dikarenakan perbuatan mereka yang bid'ah dan mungkar, yaitu : mereka mengkafirkan kaum muslimin lantaran perbuatan maksiyat, dan mereka menganggap kaum muslimin masuk neraka kekal (lantaran perbuatan maksiat) padahal (yang benar) pelaku dosa besar tidak kekal dalam neraka. Sebagaimana juga mereka mewajibkan bagi perempuan yang haid untuk mengganti shalat (yang ia tinggalkan ketika haid) sebagaimana ia mengganti puasa (Ramadhan jika ia haid pada waktu itu).

Maka mereka berbuat melampaui batas dalam agama mereka, dan mereka beramal dengan sangat membebani diri, bahkan mereka (yaitu khawari) telah khuruj (keluar) dari ketaatan kepada anak paman Rasulullah, menantu beliau Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu (ketika menjadi khalifah) bahkan mereka bunuh Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu secara dhalim dan kedustaan.

Dan Nabi kita Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Artinya : Sesungguhnya Allah menahan taubat dari setiap ahli bid'ah hingga ia bertaubat dari kebid'ahannya"

Sedangkan lisan keadaan ahli bid'ah berkata : "Ini adalah agama Muhammad bin Abdullah". Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh Imam Malik, dimana ia berkata :

"Barangsapa berbuat suatu kebid'ahan dalam agama Islam yang ia pandang baik maka sungguh ia menyangka bahwa Muhammad telah mengkhianati risalah, karena Allah berfirman : "Pada hari ini telah Kusempurnakan untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu"(Al Maidah 3). Maka apa saja yang pada waktu itu bukan agama tidaklah pada hari ini dianggap sebagai agama, dan tidak akan baik akhir umat ini melainkan dengan apa yang baik pada umat yang awal (para sahabat)."

Pelaku bid'ah diharamkan dari minum seteguk air yang nikmat dari tangannya Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan dari telaganya yang mana telaga itu lebih putih dari salju dan lebih manis daripada madu.

Maka sungguh telah benar dari hadits Anas Radhiyallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :

"Artinya : Benar-benar suatu kaum dari umatku akan ditolak dari telaga sebagaimana unta asing ditolak (dari kerumunan unta)", maka aku berkata : "Ya Allah itu adalah umatku", maka dikatakan : "Sesungguhnya engkau tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu". [Hadits riwayat Bukhari dan Muslim]

Maka demikianlah kesudahan akhir ahli bid'ah baik pada masa lampau atau masa sekarang, (Semoga Allah melindungi kita dari akhir kematiaan buruk seperti mereka). Maka apakah sadar mereka para ahli bid'ah pada setiap zaman dan tempat pada buruknya tempat kembali mereka? Maka hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat "nasuha" (taubat yang murni), kita mengharapkan bagi mereka yang demikian itu.

Dan hanya Allah saja Dzat yang memberi petunjuk kepada jalan untuk ittiba' (mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya).

[Diterjemahkan dari majalah al Ashalah edisi 27 halaman 17-18]

[Disalin dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi Th. II/No. 07 Diterbitkan Ma'had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Perpustakaan Bahasa Arab Ma'had Ali Al-Irsyad Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]

Enter your email address to get update from Pustaka Mallawa.
Print PDF
Next
« Prev Post
Previous
Next Post »

Copyright © 2013. Pustaka Mallawa - All Rights Reserved | Modify by Pustaka Mallawa Powered by Blogger