Bid'ah itu secara bahasa adalah :"Mengadakan sesuatu yang belum ada
dari sebelumnya, baik itu urusan agama ataupun duniawi". Secara Syar'i
adalah :"Mengadakan sesuatu yang menyalahi aturan agama, baik sesuatu
itu tak sesuai dengan AlQuran, hadits, ataupun sikap para
khulafaurrasyidiin al muhtadiin".
Lantas bagaimana dengan pembukuan Al-Qur'an, ini hakikatnya sudah
disuruh oleh Rasulullah, kepada abu Saah (Rasulullah pernah menyuruh
untuk menuliskan Al-Qur'an)
Dan hakikatnya, yang dinamakan Al Kitab, adalah sesuatu yang sudah
terkumpul, sementara dahulu Al Qur'an dimasa Rasulullah belum
mengumpulkan semua ayat-ayat Al-Qur'an dalam satu kitab (buku). Maka
oleh para sahabat justru dengan pengumpulan Al-Qur'an beliau-beliau itu
merealisasikan isyarat dalam Al-Qur'an dalam surahNya :"Dzaalikal
kitaabulaa raibafiihi"(Itulah kitab yang dimana tidak ada keraguan lagi
padanya).
Secara bahasa, yang dinamakan kitab adalah kumpulan dari
lembaran-lembaran yang ditulis. Apakah zaman Rasulullah, sudah ada
Al-Qur'an terkumpul seperti sekarang ini? Tentu belum ada. Itu sebabnya
perbuatan sahabat mengumpulkan Al-Qur'an bukanlah masuk kepada bid'ah,
tetapi merupakan AlMashalih Al Mursalah, jalan untuk
mencapai/merealisasikan dari isyarat ayat dalam AlQuran yang mana
didalam AlQuran disebutkan :"Al Kitab".
Di sisi lain, pembukuan Al-Qur'an dilakukan pada zaman khulafaur
rasyidin. Dan Rasulullah SAW sendiri memerintahkan kita untuk mengikuti
khulafaur rasyidin.
Dari Abu Najih ’Irbadh bin Sariyah rodhiallohu ‘anhu dia berkata,
“Rasulullah sholallahu ‘alaihi wa sallam pernah menasihati kami dengan
nasihat yang menggetarkan hati dan mencucurkan air mata...,hendaklah
kalian berpegang teguh kepada sunnah Khulafaur Rasyidin yang diberi
petunjuk (Alloh). Peganglah kuat-kuat sunnah itu dengan gigi geraham dan
jauhilah ajaran-ajaran yang baru (dalam agama) karena semua bid’ah
adalah sesat.” (HR. Abu Dawud dan Tirmidzi, ia berkata, “Hadits ini
hasan shahih”)
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :
فَعَلَيْكُمْ بِسُنَّتِى وَسُنَّةِ الْخُلَفَاءِ الْمَهْدِيِّيْنَ الرَّاشِدِيْنَ
Artinya : Maka wajib atasmu memegang sunnahku dan sunnah Khulafaur Rasyidin (HR Imam Abu Daud, hal 201 dan HR Imam Tirmidzi).
Nabi Muhammad shallallahu alaihi wasallam bersabda :
إِقْتَدُوَابِ الَّلذَيْنِ مِنْ بَعْدِى أَبِى بَكْرٍوَعُمَرَ
Artinya : Ikutilah dua orang sesudah aku wafat yaitu Abu Bakar dan Umar.(HR Imam Tirmidzi dalam Sahih Tirmidzi XIII, hal 129)
Dahulu pada zaman Nabi shallallahu alaihi wasallam, ayat Qur’an
ditulis di atas pelepah tamar, tembikar, batu putih dan lain-lain,
disamping juga dihafal oleh sahabat. Kemudian pada zaman Khalifah Abu
Bakar dimulai membukukannya dalam sebuah kitab.
Terakhir, ketika Rasulullah SAW masih hidup, sewaktu-waktu wahyu
turun kepada beliau, sehingga kalau saja dibukukan pada saat beliau
hidup, maka isi mushaf Al-Qur'an yang satu dengan yang lain akan
berlainan. Yang terakhir dibukukan tentu saja lebih lengkap surat-surat
dan ayatnya dibanding yang pertama. Wallahu a'lam.
2012/2/23 Firdaus <firdaus@yutaka.co.id>
Wahai Saudaraku
mari sama-sama
kita bersatu karena musuh islam diluar islam banyak yg mengacak-acak
kerukunan persaudaraan islam, jadi jgn terlalu membahas masalah Bid'ah
dan dibesar2kan sehingga memecah pandangan saudara kita semua
coba saudara renungkan kalo Kullun bid'atun dolalah kalo setiap yg baru
itu sesat coba direnungkan kita ini semua baru Al Qur'an yg dibuku jg
Baru krn dijaman Rosululloh SAW tidak dibukukan
coba dipikirkan itu saja dulu krn msh banyak lagi yg anda harus pikirkan
jadi sudahlah mari kokohkan persatuan umat
jgn mengartikan hadits2 secara mutlak ente belum nyampe pengertiannya
wallahu a'lam bishowab
wasalam
Best Regard,
Ferry Firdaus
PT. Yutaka Mfg
MM2100 Kawasan Industri
Jl. Sulawesi 1 Blok H4
Cikarang Barat 17520
________________________________
From: Tauziyah@yahoogroups.com on behalf of wirawan
Sent: Rabu 2/22/2012 11:03
To: Tauziyah
Subject: [Tauziyah] AKHIR KESUDAHAN AHLI BID'AH
AKHIR KESUDAHAN AHLI BID'AH
Oleh
Syaikh Muhammad Musa An-Nasr
Abu
Musa Al As'ari Radhiyallahu 'anhu memasuki masjid Kufah, lalu
didapatinya di masjid tersebut terdapat sejumlah orang membentuk
halaqah-halaqah (duduk berkeliling). Pada setiap halaqah terdapat
seorang Syaikh, dan didepan mereka ada tumpukan kerikil, lalu Syaikh
tersebut menyuruh mereka (yang duduk di halaqah) : "Bertasbihlah
(ucapkan subhanallah) seratus kali!", lalu mereka pun bertasbih
(menghitung) dengan kerikil tersebut. Lalu Syaikh itu berkata kepada
mereka lagi : "Bertahmidlah (ucapkan alhamdulillah) seratus kali!" dan
demikianlah seterusnya ......
Maka Abu Musa Radhiyallahu 'anhu mengingkari hal itu dalam hatinya
dan ia tidak mengingkari dengan lisannya. Hanya saja ia bersegera pergi
dengan berlari kecil menuju rumah Abdullah bin Mas'ud, lalu iapun
mengucapkan salam kepada Abdullah bin Mas'ud, dan Abdullah bin mas'ud
pun membalas salamnya. Berkatalah Abu Musa kepada Abu Mas'ud : "Wahai
Abu Abdurrahman, sungguh baru saja saya memasuki masjid, lalu aku
melihat sesuatu yang aku mengingkarinya, demi Allah tidaklah saya
melihat melainkan kebaikan. Lalu Abu Musa menceritakan keadaan halaqah
dzikir tersebut.
Maka berkatalah Abu Mas'ud kepada Abu Musa : "Apakah engkau
memerintahkan mereka untuk menghitung kejelekan-kejelekan mereka? Dan
engkau memberi jaminan mereka bahwa kebaikan-kebaikan mereka tidak akan
hilang sedikitpun?!" Abu Musa pun menjawab : " Aku tidak memerintahkan
suatu apapun kepada mereka". Berkatalah Abu Mas'ud : "Mari kita pergi
menuju mereka".
Lalu Abu Mas'ud mengucapkan salam kepada mereka. Dan mereka membalas
salamnya. Berkatalah Ibnu Mas'ud :"Perbuatan apa yang aku lihat kalian
melakukannya ini wahai Umat Muhammad?" mereka menjawab : "Wahai Abu
Abdurrahman, ini adalah kerikil yang digunakan untuk menghitung tasbih,
tahmid, dan tahlil, dan takbir". Maka berkatalah Abu Mas'ud : "Alangkah
cepatnya kalian binasa wahai Umat Muhammad, (padahal) para sahabat masih
banyak yang hidup, dan ini pakaiannya belum rusak sama sekali, dan ini
bejananya belum pecah, ataukah kalian ingin berada diatas agama yang
lebih mendapat petunjuk dari agama Muhammad ? ataukah kalian telah
membuka pintu kesesatan? Mereka pun menjawab : "Wahai Abu Abdurrahman,
demi Allah tidaklah kami menginginkan melainkan kebaikan". Abu Mas'ud
pun berkata :
"Berapa banyak orang yang menginginkan kebaikan tidak mendapatkannya".
Berkata
Amru bin Salamah : "Sungguh aku telah melihat umumnya mereka yang
mengadakan majelis dzikir itu memerangi kita pada hari perang "An
Nahrawan" bersama kaum Khawarij". (Riwayat Darimi dengan sanad shahih)
Aku (Syaikh Musa Nasr) berkata : "Firasat Ibnu Mas'ud terhadap
mereka (yaitu ahli bid'ah yang mengadakan halaqah dzikir) benar, dimana
ahli bid'ah itu bergabung bersama kaum khawarij disebabkan "terus
menerusnya" mereka dalam kebid'ahan. Dan inilah akhir kesudahan
seseorang yang "terus menerus" dalam kebid'ahannya, serta menyelisihi
para sahabat nabi.
Akan tetapi mungkin seseorang di zaman kita berkata : "Apakah yang
diingkari Ibnu Mas'ud Radhiyallahu 'anhu? Apakah berdzikir kepada Allah
itu bid'ah?!! Kita katakan : "Maha suci Allah, jika dikatakan dzikir
kepada-Nya adalah bid'ah, khususnya jika dzikir itu adalah dzikir yang
disyariatkan, tetapi yang bid'ah hanyalah cara (berdzikir) dimana mereka
berkumpul padanya, serta cara yang mereka lakukan dalam berdzikir
kepada Allah, dimana Rasulullah Shallallahu 'alaihi wa sallam dan para
sahanbat beliau tidak pernah mengamalkannya. Dan khawarij yang dicela
oleh Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam, dan beliau Sallallahu
'alaihi wasallam bersabda tentang mereka :
"Jika aku menjumpai mereka, niscaya benar-benar akan aku bunuh
mereka sebagaimana pembunuhan terhadap kaum Ad" [Hadits riwayat Bukhari
dan Muslim]
Sesungguhnya hanyalah Rasulullah Sallallahu 'alaihi
wasallam mengancam mereka dikarenakan perbuatan mereka yang bid'ah dan
mungkar, yaitu : mereka mengkafirkan kaum muslimin lantaran perbuatan
maksiyat, dan mereka menganggap kaum muslimin masuk neraka kekal
(lantaran perbuatan maksiat) padahal (yang benar) pelaku dosa besar
tidak kekal dalam neraka. Sebagaimana juga mereka mewajibkan bagi
perempuan yang haid untuk mengganti shalat (yang ia tinggalkan ketika
haid) sebagaimana ia mengganti puasa (Ramadhan jika ia haid pada waktu
itu).
Maka mereka berbuat melampaui batas dalam agama mereka, dan mereka
beramal dengan sangat membebani diri, bahkan mereka (yaitu khawari)
telah khuruj (keluar) dari ketaatan kepada anak paman Rasulullah,
menantu beliau Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu (ketika menjadi
khalifah) bahkan mereka bunuh Ali bin Abu Thalib Radhiyallahu 'anhu
secara dhalim dan kedustaan.
Dan Nabi kita Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Artinya : Sesungguhnya Allah menahan taubat dari setiap ahli bid'ah hingga ia bertaubat dari kebid'ahannya"
Sedangkan
lisan keadaan ahli bid'ah berkata : "Ini adalah agama Muhammad bin
Abdullah". Alangkah indahnya apa yang dikatakan oleh Imam Malik, dimana
ia berkata :
"Barangsapa berbuat suatu kebid'ahan dalam agama Islam yang ia
pandang baik maka sungguh ia menyangka bahwa Muhammad telah mengkhianati
risalah, karena Allah berfirman : "Pada hari ini telah Kusempurnakan
untuk kamu agamamu, dan telah Ku-cukupkan kepadamu ni`mat-Ku, dan telah
Ku-ridhai Islam itu jadi agama bagimu"(Al Maidah 3). Maka apa saja yang
pada waktu itu bukan agama tidaklah pada hari ini dianggap sebagai
agama, dan tidak akan baik akhir umat ini melainkan dengan apa yang baik
pada umat yang awal (para sahabat)."
Pelaku bid'ah diharamkan dari minum seteguk air yang nikmat dari
tangannya Nabi Sallallahu 'alaihi wasallam dan dari telaganya yang mana
telaga itu lebih putih dari salju dan lebih manis daripada madu.
Maka sungguh telah benar dari hadits Anas Radhiyallahu 'anhu ia berkata : Rasulullah Sallallahu 'alaihi wasallam bersabda :
"Artinya
: Benar-benar suatu kaum dari umatku akan ditolak dari telaga
sebagaimana unta asing ditolak (dari kerumunan unta)", maka aku berkata :
"Ya Allah itu adalah umatku", maka dikatakan : "Sesungguhnya engkau
tidak mengetahui apa yang mereka ada-adakan sepeninggalmu". [Hadits
riwayat Bukhari dan Muslim]
Maka demikianlah kesudahan akhir ahli bid'ah baik pada masa lampau
atau masa sekarang, (Semoga Allah melindungi kita dari akhir kematiaan
buruk seperti mereka). Maka apakah sadar mereka para ahli bid'ah pada
setiap zaman dan tempat pada buruknya tempat kembali mereka? Maka
hendaklah mereka bertaubat kepada Allah dengan taubat "nasuha" (taubat
yang murni), kita mengharapkan bagi mereka yang demikian itu.
Dan hanya Allah saja Dzat yang memberi petunjuk kepada jalan untuk ittiba' (mengikuti tuntunan Allah dan Rasul-Nya).
[Diterjemahkan dari majalah al Ashalah edisi 27 halaman 17-18]
[Disalin
dari majalah Adz-Dzakhiirah Al-Islamiyyah Edisi Th. II/No. 07
Diterbitkan Ma'had Ali Al-Irsyad Surabaya, Alamat Perpustakaan Bahasa
Arab Ma'had Ali Al-Irsyad Jl Sultan Iskandar Muda 46 Surabaya]