Wojowasito (1976) mengartikan
komitmen dalam empat arti, yaitu sebagai : (1) hal mempercayakan (melakukan);
(2) perintah untuk menahan; (3) ikatan (perjanjian); dan (4) kewajiban
(tanggungan). Sementara menurut Logman Dictionary of Contemporary English
(Mahmudi, 2000) komitmen mempunyai empat arti yaitu : (1) komitmen adalah
sebuah janji; (2) komitmen berarti tanggung jawab; (3) komitmen berarti
komitmen kepada sistem berpikir dan aksi; (4) komitmen juga berarti tindakan
komited.
Robbins (1997) mengemukakan pengertian komitmen adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Sutarto (1989) mengemukakan perusahaan atau organisasi adalah suatu unit sosial atau sekelompok manusia yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, karena di dalam organisasi akan terjadi interaksi antar person, baik di antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya
Robbins (1997) mengemukakan pengertian komitmen adalah suatu keadaan dimana seorang karyawan memihak pada suatu organisasi tertentu dan tujuan-tujuannya, serta berniat memelihara keanggotaan dalam organisasi itu.
Sutarto (1989) mengemukakan perusahaan atau organisasi adalah suatu unit sosial atau sekelompok manusia yang bekerja sama untuk mencapai suatu tujuan, karena di dalam organisasi akan terjadi interaksi antar person, baik di antara bawahan dengan atasan atau sebaliknya
Staw (Pramesti, 1999) memberikan
pendapat bahwa komitmen organisasi merupakan suatu pemahaman khusus dari
individu sebagai ikatan psikologis pada organisasi termasuk rasa terlibat
dengan pekerjaan, komitmen dan percaya akan nilai-nilai organisasi. Dalam hal
ini komitmen yang dimaksudkan bukan sekedar setia semata akan tetapi lebih dari
itu. Hal ini diperkuat oleh pendapat Reichers (Robbins, 1997) yang menyatakan
bahwa komitmen organisasi adalah suatu bentuk keterdekatan yang bersifat psikologis
antara anggota dengan organisasinya.
Berdasarkan uraian di atas dapat
disimpulkan bahwa komitmen karyawan pada perusahaan adalah suatu perasaan atau
orientasi emosional karyawan kepada perusahaan atau organisasi yang mencakup
komitmen, identifikasi, dan keterlibatan antara anggota dengan organisasinya.
Faktor-faktor yang mempengaruhi
komitmen pada perusahaan
Steven dkk (Pramesti, 1999) menjelaskan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi komitmen pada perusahaan, yaitu :
a. Atribut-atribut personal (personal atributs), seperti usia individu, jenis kelamin, pendidikan
b. Faktor organisasional (organizational factors), seperti besar kecilnya organisasi dan sentralisasi otonomi.
c. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peran (role-related factor), seperti beban pekerjaan dan ketrampilan bawahan.
Steven dkk (Pramesti, 1999) menjelaskan ada tiga faktor yang dapat mempengaruhi komitmen pada perusahaan, yaitu :
a. Atribut-atribut personal (personal atributs), seperti usia individu, jenis kelamin, pendidikan
b. Faktor organisasional (organizational factors), seperti besar kecilnya organisasi dan sentralisasi otonomi.
c. Faktor-faktor yang berkaitan dengan peran (role-related factor), seperti beban pekerjaan dan ketrampilan bawahan.
Steers dan Porter (1999)
mengemukakan tentang empat atribut personal dalam komitmen organisasi, yaitu :
a. Usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan semakin memiliki komitmen terhadap organisasinya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kehidupan individu itu sendiri, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang diterimanya, termasuk kegagalan-kegagalan dan keberhasilan-keberhasilan, juga berbagai macam tantangan dapat lebih bijaksana dan hati-hati dalam mengambil suatu keputusan termasuk pilihan terhadap pekerjaannya, bahwa perusahaan tempatnya bekerja saat ini adalah sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
b. Masa kerja. Semakin lama masa kerja seseorang akan semakin tinggi komitmen organisasinya. Karyawan yang sudah lama bekerja, sudah terbiasa dengan kondisi dan iklim organisasinya, ia akan merasa menjadi bagian dari organisasi tersebut setelah melalui bertahun-tahun bekerja di perusahaannya. Apabila mengalami hambatan atau tekanan-tekanan, maka karyawan dengan masa kerja yang lebih lama akan lebih kuat bertahan dibandingkan karyawan baru yang belum banyak terlibat dalam organisasinya.
c. Motif berprestasi. Semakin tinggi motif berprestasi seseorang akan semakin terikat terhadap organisasi. Dijelaskan oleh Robinowitz dan Hall (Thoha, 1988) bahwa salah satu faktor yang menentukan komitmen seseorang adalah adanya harapan yang besar pada pekerjaannya, kebanggaan pada organisasi dan adanya ambisi umum serta adanya keinginan untuk mobilitas ke atas.
d. Tingkat pendidikan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat menguasai bidangnya. Strauss dan Sayless (1986) menyatakan bahwa pekerjaan yang mudah dan sederhana dapat terselesaikan secara otomotis tanpa berpikir lagi yang berarti untuk berhasil menyelesaikan tanpa membutuhkan perencanaan, analisis maupun penguasaan teori sehingga karyawan yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak menuntut pada diri sendiri maupun pada pihak perusahaan.
a. Usia. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa semakin lanjut usia seseorang maka akan semakin memiliki komitmen terhadap organisasinya. Hal ini tentu saja berkaitan dengan kehidupan individu itu sendiri, dengan bertambahnya usia seseorang maka semakin banyak pula pengalaman yang diterimanya, termasuk kegagalan-kegagalan dan keberhasilan-keberhasilan, juga berbagai macam tantangan dapat lebih bijaksana dan hati-hati dalam mengambil suatu keputusan termasuk pilihan terhadap pekerjaannya, bahwa perusahaan tempatnya bekerja saat ini adalah sesuatu yang terbaik bagi dirinya.
b. Masa kerja. Semakin lama masa kerja seseorang akan semakin tinggi komitmen organisasinya. Karyawan yang sudah lama bekerja, sudah terbiasa dengan kondisi dan iklim organisasinya, ia akan merasa menjadi bagian dari organisasi tersebut setelah melalui bertahun-tahun bekerja di perusahaannya. Apabila mengalami hambatan atau tekanan-tekanan, maka karyawan dengan masa kerja yang lebih lama akan lebih kuat bertahan dibandingkan karyawan baru yang belum banyak terlibat dalam organisasinya.
c. Motif berprestasi. Semakin tinggi motif berprestasi seseorang akan semakin terikat terhadap organisasi. Dijelaskan oleh Robinowitz dan Hall (Thoha, 1988) bahwa salah satu faktor yang menentukan komitmen seseorang adalah adanya harapan yang besar pada pekerjaannya, kebanggaan pada organisasi dan adanya ambisi umum serta adanya keinginan untuk mobilitas ke atas.
d. Tingkat pendidikan. Seseorang yang mempunyai tingkat pendidikan yang tinggi akan lebih cepat menguasai bidangnya. Strauss dan Sayless (1986) menyatakan bahwa pekerjaan yang mudah dan sederhana dapat terselesaikan secara otomotis tanpa berpikir lagi yang berarti untuk berhasil menyelesaikan tanpa membutuhkan perencanaan, analisis maupun penguasaan teori sehingga karyawan yang berpendidikan tinggi biasanya lebih banyak menuntut pada diri sendiri maupun pada pihak perusahaan.
Berdasarkan uraian di atas diperoleh
kesimpulan bahwa faktor-faktor komitmen organisasi antara lain: atribut
personal (personal atributs), organisasional (organizational factors), peran
(role-related factor), usia, masa kerja, motif berprestasi dan tingkat
pendidikan.
Aspek-aspek komitmen karyawan pada
perusahaan.
Komitmen seseorang terhadap organisasi tidak muncul dalam seketika, melainkan muncul melalui beberapa tahap atau fase. Gould (Wiyono, 2000) mengemukakan bahwa komitmen organisasi ditandai oleh suatu keinginan untuk memelihara keanggotaannya terlibat dalam bekerja dan menyesuaikan nilai-nilai pribadi dengan tujuan-tujuan serta kebijaksanaan organisasi. O’Relly dan Chatman (Wiyono, 2000) mengemukakan terdapat tiga aspek komitmen organisasi, yaitu :
a. Compliance, maksudnya sebagai kesediaan individu untuk menerima pengaruh dan peraturan organisasi terutama untuk mendapatkan timbal balik seperti gaji, kompensasi dan sebagainya.
b. Identification, dimana individu menerima pengaruh dan peraturan organisasi untuk mempertahankan hubungan dan terutama untuk mendapatkan keputusannya.
c. Internalization, di sini individu mengambil nilai-nilai dari organisasi yang menurutnya bermanfaat dan disesuaikan dengan nilai-nilai pribadinya.
Jewel dan Siegall (1998) mempunyai pendapat bahwa keterikatan terhadap organisasi sebagai sifat hubungan antara individu dengan organisasi. Menurut tokoh tersebut ada tiga aspek keterikatan terhadap organisasi, yaitu :
a. Adanya kepercayaan dan penerimaan yang begitu kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi.
b. Adanya kemauan untuk bekerja keras bagi kepentingan organisasi.
c. Mempunyai keinginan yang kuat menjadi anggota organisasi.
Komitmen seseorang terhadap organisasi tidak muncul dalam seketika, melainkan muncul melalui beberapa tahap atau fase. Gould (Wiyono, 2000) mengemukakan bahwa komitmen organisasi ditandai oleh suatu keinginan untuk memelihara keanggotaannya terlibat dalam bekerja dan menyesuaikan nilai-nilai pribadi dengan tujuan-tujuan serta kebijaksanaan organisasi. O’Relly dan Chatman (Wiyono, 2000) mengemukakan terdapat tiga aspek komitmen organisasi, yaitu :
a. Compliance, maksudnya sebagai kesediaan individu untuk menerima pengaruh dan peraturan organisasi terutama untuk mendapatkan timbal balik seperti gaji, kompensasi dan sebagainya.
b. Identification, dimana individu menerima pengaruh dan peraturan organisasi untuk mempertahankan hubungan dan terutama untuk mendapatkan keputusannya.
c. Internalization, di sini individu mengambil nilai-nilai dari organisasi yang menurutnya bermanfaat dan disesuaikan dengan nilai-nilai pribadinya.
Jewel dan Siegall (1998) mempunyai pendapat bahwa keterikatan terhadap organisasi sebagai sifat hubungan antara individu dengan organisasi. Menurut tokoh tersebut ada tiga aspek keterikatan terhadap organisasi, yaitu :
a. Adanya kepercayaan dan penerimaan yang begitu kuat terhadap nilai dan tujuan organisasi.
b. Adanya kemauan untuk bekerja keras bagi kepentingan organisasi.
c. Mempunyai keinginan yang kuat menjadi anggota organisasi.
Dari beberapa pendapat di atas maka
dapat disimpulkan bahwa pada dasarnya aspek-aspek komitmen organisasi meliputi
: Compliance, Identification, Internalization, keinginan yang kuat untuk
mempertahankan keanggotaannya dalam organisasi yang ditandai dengan menunjukkan
rasa kesetiaan pada organisasi atau perusahaan, kemauan yang kuat untuk
berusaha semaksimal mungkin demi kemajuan perusahaan dengan mendukung dan ikut
aktif dalam kegiatan-kegiatan yang sesuai dengan sasaran organisasi serta
adanya keyakinan dan penerimaan nilai-nilai, tujuan-tujuan dan kebijaksanaan
organisasi.
sumber: