Jika dikatakan bahwa marketing adalah ilmu yang dinamis, itu
memang benar adanya. Sejarah teori dan konsep marketing selalu mengikuti
perubahan struktur sosial dan ekonomi masyarakat. Kemunculan ide-ide baru yang
memperkaya ilmu marketing terus berkembang seiring revolusi besar peradaban
manusia. Mungkin masih banyak yang belum tahu bahwa peradaban bisnis modern
berkembang sejak adanya revolusi industri di tahun 1900. Revolusi ini
benar-benar mengubah tatanan struktur dan perilaku masyarakat pada saat itu.
Bisnis yang tadinya berciri merkantilis (berdagang) kemudian berubah menjadi
kapitalis.Kekuatan modal dipergunakan untuk membangun pabrik dan organisasi
perusahaan,memproduksi barang, dan memperdagangkannya.
Pada proses ini muncullah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu praktik manajemen bisnis, termasuk marketing.
Pada proses ini muncullah pandangan-pandangan baru tentang bagaimana perilaku pasar terjadi dan bagaimana sebuah lembaga menjalankan kegiatan operasional untuk memenuhi kebutuhan pasar. Hal-hal inilah yang kemudian melatarbelakangi munculnya ilmu praktik manajemen bisnis, termasuk marketing.
Boleh jadi, ilmu marketing ketika itu memang menjadi jawaban
atas berbagai pertanyaan yang tidak bisa diakomodasi oleh ilmu ekonomi yang
telah berkembang terlebih dahulu. Marketing awalnya tak lebih dari aktivitas
bisnis yang sederhana. Para ekonom pun hanya memasukkannya sebagai salah satu
bentuk aktivitas ekonomi.
Namun, pendekatan yang lebih berciri sosiologis kemudian
menunjukkan adanya pengembangan dari institusi (lembaga) yang disebut sebagai
"market" dalam bahasa ekonomi. Pendekatan sosiologis melihat
institusi market bisa dilihat sebagai institusi sosial dibandingkan ekonomi.
Artinya, di market bukan hanya tempat bertemunya supply dan demand. Market
adalah tempat bertemunya penjual dan pembeli. Market merupakan sebuah sistem
sosial di mana kebutuhan setiap pihak akan materi tertentu akan bertemu.
Pada waktu itu, konsumsi dianggap sebagai akhir dari kegiatan
produksi di dunia ekonomi. Padahal perilaku konsumsi sendiri sebenarnya
merupakan ilmu yang bisa dieksplorasi lebih dalam. Demikian halnya dengan
istilah "value". Ilmu ekonomi meletakkan value berhubungan dengan
penambahan input dari faktor-faktor produksi. Padahal di dunia bisnis, value
juga mencakup sesuatu yang intangible seperti pelayanan.
Pendekatan marketing juga mempertanyakan apakah market
dipengaruhi hanya oleh purchasing power (daya beli) masyarakat? Lebih jauh dari
itu, para praktisi bisnis melihat bahwa market bukan sekadar dipengaruhi oleh
daya beli, tetapi juga keinginan membeli yang
dipengaruhi oleh iklan dan tenaga penjual. Advertising Muncul Lebih Dulu
Kabarnya kelas pertama dari pelajaran marketing diberikan oleh ED Jones pada tahun 1902 di University of Michigan dan kemudian oleh Simon Litman di University of California pada tahun yang sama. Saat itu, pemikiran marketing masih berfokus pada masalah distribusi. Ini sesuai dengan ciri industri tahap awal yang berfokus pada distribusi massal. Namun, pengembangan pemikiran awal teori marketing justru banyak bermunculan dari universitas seperti Wisconsin, Harvard, Ohio State, University of Illinois dan Northwestern University.
dipengaruhi oleh iklan dan tenaga penjual. Advertising Muncul Lebih Dulu
Kabarnya kelas pertama dari pelajaran marketing diberikan oleh ED Jones pada tahun 1902 di University of Michigan dan kemudian oleh Simon Litman di University of California pada tahun yang sama. Saat itu, pemikiran marketing masih berfokus pada masalah distribusi. Ini sesuai dengan ciri industri tahap awal yang berfokus pada distribusi massal. Namun, pengembangan pemikiran awal teori marketing justru banyak bermunculan dari universitas seperti Wisconsin, Harvard, Ohio State, University of Illinois dan Northwestern University.
Sebenarnya, walaupun belum dimasukkan dalam disiplin ilmu
marketing, pemikiran tentang dunia iklan (advertising) sudah lebih dulu ada.
Buku History of Advertising sudah muncul pada tahun 1875. Demikian pula halnya
dengan selling sudah mendahului pengembangan ilmu marketing itu sendiri.
Selling awalnya hanya sekadar sebuah seni menjual, tetapi kemudian dijadikan
sebuah formula untuk dipelajari dan dianalisis.
Mulanya pendekatan marketing memang
menyangkut tiga elemen: advertising, selling dan distribusi. Namun, banyak pemikiran yang
kemudian menambahkan elemen-elemen dalam marketing. Seperti Ralph Butler dan
Arch Shaw, dua ahli ini menambahkan elemen lain dalam marketing, yakni:
komoditas, institusi, dan fungsional. Artinya marketing menyangkut pula soal
produk, organisasi pemasaran dan juga proses serta kegiatan. Untuk elemen
distribusi, berkembang pula pemikiran baru yang disebut retailing sejak tahun
1914. Nystrom pada waktu itu menulis literatur
ritel bukan saja dari sisi proses distribusi, tapi juga manajemen ritel.
Dengan banyaknya tambahan elemen-elemen baru dalam marketing, maka ilmu
marketing kemudian masuk ke dalam tahapan integrasi. Pada tahap ini para
pemikir dan ilmuwan mencoba menggabungkan berbagai ilmu, literatur serta elemen
yang berdiri sendiri menjadi sebuah konsep yang terintegrasi. Buku Principles
of Marketing pertama muncul lewat tangan Paul Ivey pada tahun 1920-an. Buku ini
menggabungkan semua teori dan pemikiran yang berkembang di dunia marketing.
Tetapi, yang lebih mengemuka kemudian adalah buku Principles of Marketing
karangan Maynard, Weidler dan Beckman. Berbeda dibandingkan Ivey yang berfokus
pada sisi pengusaha, buku ini lebih berfokus pada sudut pandang konsumen.
Teori marketing belum berakhir dengan dimunculkannya
buku-buku tadi. Pada dekade-dekade berikutnya masuklah berbagai unsur yang
memperkaya marketing. Ilmu-ilmu psikologi dan sosial mulai masuk. Demikian pula
dengan konsep seperti segmentasi baru hadir belakangan setelah muncul
konsep-konsep lain seperti marketing mix (4P).
Elemen-elemen dalam marketing sendiri mengalami perkembangan.
Sebagai contoh, ilmu advertising semakin berkembang dengan masuknya media-media
baru seperti televisi yang mulai populer pada tahun 1960-an. Pada tahun 1960-an
dan 1970-an ilmu marketing justru memecahkan diri ke dalam berbagai
diferensiasi (kekhususan) seperti international marketing, social marketing,
marketing for non-profit organization dan lain-lain. Konsep social responsibility
juga menjadi salah satu konsep yang sudah mulai terbentuk pada tahun 1970.
Peran Kotler. Kejayaan Kotler sebagai "bapak marketing" sendiri dimulai pada periode 1970-an. Peran Kotler dalam dunia marketing memang pada kemampuannya menerjemahkan konsep marketing ke terminologi yang mudah dipahami oleh banyak orang. Kotler-lah yang mengubah konsep marketing ke bentuk-bentuk aplikasi tertentu seperti marketing untuk health service, public service, educational service, politik, dan lain-lain. Tahun 1967, misalnya, Kotler sudah memperkenalkan konsep manajemen marketing modern yang meliputi analisis marketing opportunities, mengorganisasikan aktivitas marketing, kegiatan perencanaan marketing serta kontrol. Buku-buku Kotler kemudian menginspirasi banyak para pengajar dan praktisi di dunia marketing seluruh dunia. Bahkan, tak ada kuliah marketing yang tak lepas dari karya-karya Kotler. Buku Principles of Marketing dan Marketing Management dari Kotler membentuk pemikiran-pemikiran dasar dan fundamental yang mempengaruhi berbagai pemikiran baru lainnya di dunia marketing.
Peran Kotler. Kejayaan Kotler sebagai "bapak marketing" sendiri dimulai pada periode 1970-an. Peran Kotler dalam dunia marketing memang pada kemampuannya menerjemahkan konsep marketing ke terminologi yang mudah dipahami oleh banyak orang. Kotler-lah yang mengubah konsep marketing ke bentuk-bentuk aplikasi tertentu seperti marketing untuk health service, public service, educational service, politik, dan lain-lain. Tahun 1967, misalnya, Kotler sudah memperkenalkan konsep manajemen marketing modern yang meliputi analisis marketing opportunities, mengorganisasikan aktivitas marketing, kegiatan perencanaan marketing serta kontrol. Buku-buku Kotler kemudian menginspirasi banyak para pengajar dan praktisi di dunia marketing seluruh dunia. Bahkan, tak ada kuliah marketing yang tak lepas dari karya-karya Kotler. Buku Principles of Marketing dan Marketing Management dari Kotler membentuk pemikiran-pemikiran dasar dan fundamental yang mempengaruhi berbagai pemikiran baru lainnya di dunia marketing.
Pada dekade 1980-an, pemikiran baru di dunia marketing
seperti positioning yang dipopulerkan oleh Jack Trout dan Al Ries serta brand
equity yang dipopulerkan oleh David Aaker semakin menguat. Era kemajuan bisnis
di banyak negara pada dekade tersebut menciptakan kompetisi bisnis yang semakin
ketat. Karenanya, peran dari sebuah merek dan upaya untuk mendiferensiasikan
diri juga mengemuka. Dekade 1980 dan 1990-an adalah dekade menguatnya unsur
service dan kepuasan pelanggan di dalam marketing. Konsep seperti Servqual,
Service profit chain dan juga services marketing mulai bermunculan.
Gelombang Baru Ketika dunia memasuki gelombang
revolusi berikutnya, yakni revolusi teknologi informasi, maka pemikiran-pemikiran
marketing baru pun bermunculan mengikuti gelombang revolusi tersebut. Salah
satunya konsep experiential marketing. Dengan adanya teknologi informasi,
internet dan multimedia membuat experiential marketing lebih bisa berkembang.
Demikian pula di dunia service, peran IT membuat konsep CRM (Customer
Relationship Management) juga ikut berkembang. Belum lagi jargon-jargon baru
seperti buzz marketing, viral marketing dan lain-lain. Tentu saja, seiring
dengan revolusi ini, maka marketing pun harus berubah dalam cara memandang
kompetisi. Aliansi dan co-branding adalah cara memandang kompetisi baru, di
mana kerja sama dengan segenap pihak, termasuk kompetitor bisa menjadi kunci
kemenangan. Juga konsep "blue ocean" yang mendesak para marketer untuk
menciptakan kompetisi yang baru daripada bersaing di pasar yang sudah semakin
sesak.
Revolusi baru juga berimbas pada perkembangan media periklanan. Semakin berkembang dan kompleksnya media untuk berpromosi membuat marketer semakin berhati-hati menginvestasikan dananya. Oleh karena itu muncul pemikiran-pemikiran baru yang menggugah. orang marketing untuk menghitung return on investment dari aktivitas marketing yang dilakukannya. Marketing dihadapkan pada kenyataan bahwa kegiatan mereka harus mampu dijelaskan dengan bahasa-bahasa finansial. Marketing ROI, CLV (Customer Lifetime Value), dan lain-lain adalah pemikiran-pemikiran yang kemudian mulai muncul.
Dari berbagai pergolakan pemikiran marketing tadi kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran marketing, mau tidak mau, harus terus berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan struktural yang terjadi dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat, bentuk dan tingkat kompetisi yang ada serta perkembangan teknologi. Setelah revolusi industri dan IT, dunia diramalkan akan masuk ke revolusi bioteknologi.
Revolusi baru juga berimbas pada perkembangan media periklanan. Semakin berkembang dan kompleksnya media untuk berpromosi membuat marketer semakin berhati-hati menginvestasikan dananya. Oleh karena itu muncul pemikiran-pemikiran baru yang menggugah. orang marketing untuk menghitung return on investment dari aktivitas marketing yang dilakukannya. Marketing dihadapkan pada kenyataan bahwa kegiatan mereka harus mampu dijelaskan dengan bahasa-bahasa finansial. Marketing ROI, CLV (Customer Lifetime Value), dan lain-lain adalah pemikiran-pemikiran yang kemudian mulai muncul.
Dari berbagai pergolakan pemikiran marketing tadi kita bisa menyimpulkan bahwa pemikiran marketing, mau tidak mau, harus terus berubah dan berkembang sesuai dengan perubahan struktural yang terjadi dalam tatanan sosial ekonomi masyarakat, bentuk dan tingkat kompetisi yang ada serta perkembangan teknologi. Setelah revolusi industri dan IT, dunia diramalkan akan masuk ke revolusi bioteknologi.