Idealnya tiap perusahaan memiliki budaya kerja. Yakni suatu sistem nilai yang
merupakan kesepakatan kolektif dari semua yang terlibat dalam perusahaan. Yang
dimaksud dengan kesepakatan disini adalah dalam hal cara pandang tentang
bekerja dan unsur-unsurnya. Suatu sistem nilai merupakan konsepsi nilai yang
hidup dalam alam pemikiran sekelompok manusia/ individu karyawan dan manajemen.
Dalam hal ini budaya kerja berkaitan erat dengan persepsi terhadap nilai-nilai
dan lingkungannya. Lalu persepsi itu melahirkan makna dan pandangan hidup yang
akan mempengaruhi sikap dan tingkah laku karyawan dan manajemen dalam bekerja.
Pada hakikatnya, bekerja dapat dipandang dari berbagai perspektif seperti
bekerja merupakan bentuk ibadah, cara manusia mengaktualisasikan dirinya,
bentuk nyata dari nilai-nilai, dan sebagai keyakinan yang dianutnya. Semua
pandangan itu dapat menjadi motivasi untuk melahirkan karya yang bermutu dalam
pencapaian tujuan organisasi dan individu. Karena itu setiap karyawan dan
manajemen seharusnya memiliki sudut pandang atau pemahaman yang sama tentang
makna budaya kerja dan batasan bekerja.
Budaya kerja dalam organisasi seperti di perusahaan diaktualisasikan sangat
beragam. Bisa dalam bentuk dedikasi/loyalitas, tanggung jawab, kerjasama,
kedisiplinan, kejujuran, ketekunan, semangat, mutu kerja, keadilan, dan
integritas kepribadian. Semua bentuk aktualisasi budaya kerja itu sebenarnya
bermakna komitmen. Ada suatu tindakan, dedikasi, dan kesetiaan seseorang pada
janji yang telah dinyatakannya untuk memenuhi tujuan organisasi dan
individunya.
Bentuk komitmen karyawan bisa
diujudkan antara lain dalam beberapa hal sebagai berikut.
- Komitmen dalam mencapai visi,misi, dan tujuan organisasi.
- Komitmen dalam melaksanakan pekerjaan sesuai dengan prosedur kerja standar organisasi.
- Komitmen dalam mengembangkan mutu sumberdaya manusia bersangkutan dan mutu produk.
- Komitmen dalam mengembangkan kebersamaan tim kerja secara efektif dan efisien.
- Komitmen untuk berdedikasi pada organisasi secara kritis dan rasional.
Pada dasarnya melaksanakan komitmen sama saja maknanya dengan menjalankan
kewajiban, tanggung jawab, dan janji yang membatasi kebebasan seseorang untuk
melakukan sesuatu. Jadi karena sudah punya komitmen maka dia harus mendahulukan
apa yang sudah dijanjikan buat organisasinya ketimbang untuk hanya kepentingan
dirinya. Di sisi lain komitmen berarti adanya ketaatasasan seseorang dalam
bertindak sejalan dengan jani-janjinya. Semakin tinggi derajad komitmen
karyawan semakin tinggi pula kinerja yang dicapainya. Namun dalam prakteknya
tidak semua karyawan melaksanakan komitmen seutuhnya. Ada komitmen yang sangat
tinggi dan ada yang sangat rendah. Faktor-faktor yang mempengaruhi derajad
komitmen adalah faktor intrinsik dan ekstrinsik karyawan bersangkutan.
Faktor-faktor intrinsik karyawan dapat meliputi aspek-aspek kondisi sosial
ekonomi keluarga karyawan, usia, pendidikan, pengalaman kerja, kestabilan
kepribadian, dan gender. Sementara faktor-ekstrinsik yang dapat mendorong
terjadinya derajad komitmen tertentu antara lain adalah keteladanan pihak
manajemen khususnya manajemen puncak dalam berkomitmen di berbagai aspek
organisasi. Selain itu juga dipengaruhi faktor-faktor manajemen rekrutmen dan seleksi
karyawan, pelatihan dan pengembangan, manajemen kompensasi, manajemen kinerja,
manajemen karir, dan fungsi kontrol atasan dan sesama rekan kerja. Faktor
ekstrinsik di luar organisasi antara lain aspek-aspek budaya, kondisi
perekonomian makro, kesempatan kerja, dan persaingan kompensasi.
Menegakkan komitmen berarti mengatualisasikan budaya kerja secara total. Kalau
sebagian dari karyawan ternyata berkomitmen rendah maka berarti ada gangguan
terhadap budaya. Karena itu sosialisasi dan internalisasi budaya kerja sejak
karyawan masuk ke perusahaan seharusnya menjadi program utama. Selain itu
pengembangan sumberdaya manusia karyawan utamanya yang menyangkut kecerdasan
emosional dan kecerdasan sosial harus menjadi prioritas disamping ketrampilan teknis.
Dukungan fungsi-fungsi manajemen sumberdaya manusia lainnya tidak boleh
diabaikan. Kalau tidak diprogramkan secara terencana, maka pengingkaran pada
komitmen sama saja memperlihatkan adanya kekeroposan suatu organisasi.
Penurunan kredibilitas atau kepercayaan terhadap karyawan pada gilirannya akan
mengakibatkan hancurnya kredibilitas perusahaan itu sendiri. Dan ini akan
memperkecil derajad loyalitas pelanggan dan mitra bisnis kepada perusahaan
tersebut.